BAB 8 INVESTASI KERAJINAN

google.com


8.1 Ruang Lingkup Investasi Kerajinan
Kontribusi sub-sektor kerajinan menempati posisi ketiga terbesar setelah kuliner dan mode dengan menyumbangkan Rp 79,40 triliun atau sekitar 15,1% dari total kontribusi industri kreatif terhadap PDB. Sub-sektor kerajinan menghasilkan barang-barang yang tampak sederhana namun memiliki nilai seni dan nilai ekonomi. Sub-sektor ini juga berpotensi dapat membuka lapangan usaha dan kesempatan kerja bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Ø  Para pengrajin di Indonesia pada umumnya berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah yang berdiri sendiri maupun yang dikoordinasi oleh pengusaha menengah atau pengusaha besar. Sub-sektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,produksi,dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produk,antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari bahan-bahan batu berharga,serat alam maupun serat buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam, kaca, porselin,kain, marmer, tanah liat, dan kapur.

Kategori produk kerajinan berdasarkan bahan baku
Ø  Keramik (seperti tanah liat,erathen ware,pottery,stoneware,porselen).
Ø  Logam (emas,perak,perunggu,besi,tembaga).
Ø  Serat alam (bambu,akar-akaran,rotani)
Ø  Batu-batuan(batu mulia,semi precious stone,jade)
Ø  Tekstil(katun,sutra,linen)
Ø  Kayu(kertas dan lacquer ware)
       Industri kerajinan terdiri dari 2 kelompok utama, yaitu industri pengolahan dan industri jasa perdagangan barang kerajinan. Industri pengolahan menghasilkan produk kerajinan melalui aktivitas di rantai kreasi,produksi,dan komersialisasi. UKM/IKM kerajinan merupakan pelaku utama di kelompok industri pengolahan. Sedangkan industri jasa perdagangan mendistribusikan produk kerajinan melalui saluran distribusi yang terdiri dari berbagai bentuk saluran distribusi,seperti pasar tradisional,pasar modern,toko seni,galeri seni, dan trading house.

8.2 Profesi Utama di Industri Kerajinan
a)      Pembatik, yaitu profesi yang melakukan pembatikan,baik cap maupun tulis.
b)      Perajut, yaitu profesi yang melakukan kegiatan perajutan.
c)      Penyulam/pembordir, yaitu profesi yang melakukan aktivitas sulam dan bordir, baik dengan tangan maupun dengan mesin.
d)      Pengrajin, yaitu profesi yang membuat produk kulit, seperti jok, dan kerajinan tatah sungging(hiasan,wayang,dan kap lampu).
e)      Pengukir/pemahat/pematung, yaitu profesi yang melakukan aktivitas mengukir atau memahat atau mematung, baik pada media kayu,batu,maupun logam.
f)       Penganyam, yaitu profesi yang melakukan aktivitas penganyaman baik dari rotan,akar,dan serat lainnya,terutama penganyam pada industri kerajinan permadani.
g)      Pelukis, yaitu profesi yang melakukan aktivitas lukis,baik pada media kayu,kertas,maupun kulit.
h)      Pengrajin mebel, yaitu profesi yang menghasilkan produk furnitur,baik dari kayu maupun rotan.

8.3  Keunggulan dan Kelemahan Industri Kerajinan Nasional.
a)      Tenaga kerja terampil jumlahnya banyak dan berkualitas.
b)      Tenga kerja terampil tersebar dan membentuk sejumlah sentra kerajinan.
c)      Indonesia memiliki 500 etnis yang dapat dijadikan sumber inspirasi.
d)      Jumlah usaha kerajinan banyak dan terkumpul dalam sejumlah sentra kerajinan.
e)      Sektor industri pendukung seperti bahan baku jumlahnya banyak.
f)       Beberapa merek dan individu tertentu sudah mendapat nama di luar negeri.
g)      Produk industri kerajinan sudah banyak yang dipromosikan via internet.
h)      Bahan baku industri kerajinan tersedia dalam jumlah yang besar.
i)       Industri kerajinan didukung tradisi masyarakat yang kuat dan mengakar.
j)       Pariwisata nasional makin maju sehingga berpotensi menaikkan omzet produk kerajinan nasional.

Kelemahan Industri kerajinan nasional
a)      Industri kerajinan nasional masih lemah dalam hal desasin produksi.
b)      Penegakan hukum bidang HAKI di Indonesia masih lemah.
c)      Kesadaran pengrajin tentang pentingnya HAKI masih kurang.
d)      Para pengrajin nasional masih lemah dalam hal komersialisasi.
e)      Para pengrajin masih kurang memahami manajemen produksi dan bisnis.
f)       Etos kerja dan produktivitas para pengrajin masih kurang.
g)      Para pengrajin cenderung masih bermental pekerja belum bermental wirausaha.
h)      Lokasi pekerja dan bahan baku masih sering berjauhan sehingga tidak efisien.
i)       Industri kerajinan banyak yang berlokasi di desa-desa yang jauh dari akses transportasi dan komunikasi yang baik.
j)       Beberapa kerajinan tertentu masih bergantung pada komponen impor yang tinggi.




Komentar

Postingan Populer